Kita saksikan saat ini di abad ke-21 telah mengalami banyak perubahan signifikan terhadap perkembangan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK). Munculnya berbagai riset dan produk terhadap TIK oleh perusahaan ternama menjadikan informasi sebagai komoditas utama saat ini. Apalagi semenjak ditemukannya teknologi web oleh Tim Berners Lee dan diintegrasikan akses internet ke sejumlah smartphone menjadikan arus informasi semakin diakses kapan saja dan dimana saja.
Namun jumlah ketersediaan arus informasi yang tidak terkira lagi ini telah menjadi ledakan informasi. Bisa dibayangkan bila kita mengetikkan sebuah kata kunci (keyword) di search engine Google, akan menampilkan hasil kata dengan jumlah yang tidak sedikit. Tentu saja hal ini membuat kebingungan bagi kita untuk menentukan informasi mana yang benar dan valid. Kemudian, informasi yang muncul tadi bisa saja berduplikasi karena copy paste oleh pemilik web/blognya dan parahnya lagi tidak mencantumkan sumbernya. Kasus copy paste tanpa mencantumkan sumber aslinya tadi disebut plagiarisme. Hal ini menjadi pantangan bagi civitas akademika untuk melakukan kasus plagiarisme karena dapat merusak etika merusak nama baik pelakunya dan institusi dia bekerja.
Untuk mensikapinya, diperlukan suatu strategi literasi yang dinamakan Information Literacy Skills. Information Literacy Skills berguna untuk mengenal, mengevaluasi, memilah dan menggunakan informasi lebih efektif dan legal. Dengan adanya Information Literacy Skills, kita bersikap lebih teliti dan kritis terhadap semua informasi yang kita terima setiap hari. Kita tidak lagi menelan mentah-mentah informasi dari suatu sumber informasi melainkan kita tetap teliti dan kritis terhadap kebenaran informasi tersebut.
Usaha pencegahan plagiarisme di sejumlah karya tulis ilmiah bisa dilakukan ketika Information Literacy Skills diterapkan sungguh-sungguh. Seseorang dikatakan melakukan plagiarisme kriterianya yang umum yaitu mencontek ide dan tidak mencamtumkan alamat sumber dari ide/tulisan yang dikutipnya. Dampak dari pencegahan plagiarisme salah satunya yaitu peningkatan jumlah karya tulis ilmiah yang orisinil. Misalkan saja setiap penulis yang mencurahkan idenya di berbagai media bisa menghasilkan karya yang orisinil dan karyanya tetep dihargai karena bagi orang yang menggunakan sebagian ide di tulisannya akan mencantumkan sumbernya dan tanpa merubah keutuhan ide si penulis.
Akhir kata, apabila Information Literacy Skills diterapkan ke seluruh civitas akademika, maka akan tumbuh jiwa profesional dan peningkatan kualitas dari suatu karya ilmiah. Kabar baiknya bagi institusi pendidikan tentu saja akan membawa berkah dengan menjadi institusi ternama karena riset dari dosen atau mahasiwa menjadi bernilai dan berkualitas.
So be creative and be unique!
*tulisan ini adalah opini penulis sebagai bahan tugas kapsel ke-4 dgn pembicara DR. Maman Abdurohman, ST., MT