INFO LOWONGAN KERJA PT. XL AXIATA

http://id.jobstreet.com/logos/agenalogos/xl_new_logo.jpg
PT XL Axiata Tbk


URGENTLY REQUIRED !!!

PT XL Axiata Tbk. ('XL') was established on 8 October 1989, under the name PT Grahametropolitan Lestari. Its main business was in trading and general services. Six years later, XL took an important step by setting up a partnership with Rajawali Group -a shareholder of PT Grahametropolitan Lestari - and three foreign investors (NYNEX, AIF and Mitsui). Its name was changed to PT Excelcomindo Pratama, with the provisioning of basic telephony services as its core business. XL commenced commercial operations in 1996, primarily covering Jakarta, Bandung and Surabaya areas. This made XL the first private company in Indonesia to provide cellular mobile telephony services. XL is now leading the industry as a cellular telecommunications provider with extensive coverage throughout Indonesia. It provides services for retail customers and offers business solutions for corporate customers, including voice, data and other value-added mobile telecommunications services. XL operates its network with GSM 900/DCS 1800 and IMT-2000/3G technologies. XL also holds a Closed Regular Network License, Internet Service Provider (ISP) License, Voice over Internet Protocol (VoIP) License, and Internet Interconnection Services License (NAP).
Xlence Apprentice Program
Jakarta Raya
Responsibilities:
In collaboration with reputable universities to embrace the most qualified youngsters to work with XL in shaping the industry of telecommunication, Join XL-ENCE APPRENTICE PROGRAM! Feel the challenge in a dynamic & fun environment in specific area : Customer Analitycs, Enterprise Data Warehouse, Portal Management, Customer Lifecycle, Enterprise Sales, IP, Product Development, Project Management, Service Quality, Customer Service (Vendor Management & Performance), Service Partner Management, Service Execution.
Requirements:
  • Age: 23 years (max.) for S1 graduates or 25 years (maximum) for S2 graduates from reputable university.
  • From any majoring with minimum GPA : 3,0.
  • Fluency in English is a must.
  • Actively involved in organization/extracurricular activities.
  • Have significant achievements in related area.
This information valid until November 20th 2012

Please send your application letter and your CV to: mayeightin@yahoo.com

Lebih dekat dengan e-Tollpass dan e-Tollcard


Sobat Blogger, akhir-akhir ini kita sering mendengar istilah e-Toll card dan e-Tollpass di media televisi atau aoran.
Apaan ya  arti e-Toll card dan e-Toll pass?
Gimana sih cara kerja dari kedua makhluk itu? heheehe.
Daripada kita bingung-bingung, kali ini saya men-share tulisan tentang e-Toll card dan e-Toll pass. 

Sejak tanggal 29 April 2012, Bank Mandiri bekerja sama dengan Jasa Marga meluncurkan layanan e-Tollpass. Harapan dari layanan ini, pengguna dapat bertransaksi di gardu tol tanpa menghentikan dan membuka kaca jendela kendaraan. 

Selama ini penggunaan e-Toll Card,,pengemudi harus menghentikan mobilnya tepat di pintu tol, pengemudi membuka kaca mobil dan menempelkan e-Toll card ke mesin reader yang dipasang di Gardu Tol Otomatis (GTO). Mesin ini akan mengenali e-Toll card dan menampilkan saldo e-Toll card. Setelah itu, palang pintu tol terangkat dan mobil pun kembali meneruskan perjalanan. Ya itulah sekilas kebiasaan pengguna e-Toll card.

Namun kedepannya, layanan e-Tollpass dibutuhkan perangkat tambahan yang dipasang di dalam mobil (on board unit (OBU)). Perangkat ini memperkuat sinyal yang ditangkap penerima sinyal pada gardu tol. Sedangkan pada gardu tol dilengkapi perangkat transceiver dan control unit. 
                                                      Gambar 1. Konfigurasi e-Tollpass [1]


Transceiver ini berfungsi mengirimkan data dari control unit ke OBU dan juga sebaliknya. Transceiver terhubung dengan control unit menggunakan protocol TCP/IP. Adapun control unit berfungsi melakukan validasi OBU dan proses transaksi kartu e-Toll Card yang telah dipasang di OBU.

OBU biasa terpasang pada kaca mobil bagian depan. OBU memiliki layar tampilan yang berfungsi untuk menampilkan saldo dari e-Toll Card. OBU juga dilengkapi buzzer yang berfungsi memberikan informasi jika transaksi complete, error, saldo e-Toll Card hampir habis dan peringatan battery low.

OBU bisa dipesan di situs tokone.com, bhinneka.com dan blibli.com. Harga satu perangkat OBU adalah RP. 660.000,00.
 
                             Gambar 2. Sistem e-Toll Transaction di Gardu Tol Otomatis [2]                

Untuk mendapatkan akses  e-Tollpass, Jasa Marga telah membuka 38 lokasi antara lain sebagai berikut:
      1.      GTO Cililitan
      2.      GTO Halim
      3.      GTO Kapuk
      4.      GTO Cengkareng
      5.      GTO Senayan
      6.      GTO Pondok Ranji
      7.      GTO Cikunir 2
      8.      GTO Dukuuh 3
      9.      GTO Pasar Rebo
      10.  GTO Bekasi Barat
      11.  GTO Cikarang Barat
      12.  GTO Kamal 1
      13.  GTO Pluit 3
      14.  GTO Veteran Utama
      15.  GTO Pondok Gede Timur.

Sampai disini, Sobat Blogger pasti udah paham seluk beluk e-Toll card dan e-Toll pass, jadi ga perlu bingung lagi.
Oke, sampai jumpa di tulisan saya yang akan datang ya.

sumber [1][2] Buletin IT Bank Mandiri edisi CX Juni 2012

Sharing Tentang Infobase

Sobat Blogger, udah lama kita tak bersua..
Kali ini tema tulisan saya tentang Infobase yang biasa dipakai oleh dunia perbankan. 
Yuk kita baca barengan.. 
Infobase adalah suatu system yang terdiri dari perangkat keras dan perangkat lunak. Adapun perangkat keras berupa tiga buah server masing-masing berfungsi sebagai web server, satu buah database server dan satu buah backup server sebagai web server sekaligus database server. Sedangkan perangkat lunak yang digunakan berupa web aplikasi dan database aplikasi.  

Umumnya dua buah server utama ditempatkan di main site dan satu buah backup berada di DRC site. Seluruh server tersebut setiap hari akan dilakukan sinkronisasi data untuk menjaga sumber data apabila terjadi permasalahan koneksi atau gangguan pada server utama. Selain itu, perangkat lunak yang berupa web aplikasi dan database aplikasi akan dilakukan backup cross antara main site dengan DRC site setiap harinya.

Sesuai ketentuan ISO 9001:2008, bahwa maintenance/housekeeping harus dilakukan juga setiap satu bulan sekali atau pada saat terjadi majeur di system. Ada beberapa cara yang harus dilakukan saat maintenance antara lain shrinking database dan restart server.

Database yang telah berumur lebih dari 1 tahun atau baru beberapa bulan dengan frekuensi alur data yang tinggi, kemungkinan sering timbul gangguan pada database. Gangguan tersebut tidak hanya corrupt atau tidak dapat diakses, tetapi bisa jadi ada data yang kita operasikan SELECT menjadi tidak benar hasilnya dan proses menjadi lamabat serta ukuran file database membesar. Salah satu solusinya yaitu bisa dilakukan shrink database. Setelah shrink database dilakukan, maka query menghasilkan output yang benar, proses tidak lambat dan ukuran file berkurang.

Solusi lainnya yaitu secara berkala perlu dilakukan monitoring harian berdasarkan checklist yang telah disusun untuk pengecekan update anti virus, storage capacity dan sinkronisasi data info.

Quiz



Bloggers, now I give writing that makes you think twice or maybe more (sort of quiz). Hopefully your answer is equally true that I could answer .. Good luck ..

   1. There is a man who lives on the top floor of a very tall building. Everyday he gets the elevator down to the ground floor to leave the building to go work. Upon returning from work though. He can only travel half way up in the lift and has to walk the rest of the way unless it’s raining!
Why? (this is probably the best known and most celebrated of all lateral thinking puzzles. It is a true classic. Although there are many possible solutions which fit the initial conditions. Only the canonical answer is truly satisfying.)

  2.  A man and his son are in a car accident. The father dies on th scene, but the child is rushed to the hospital. When he arrives the surgeon says, “i can’t operate on this boy, he is my son!” How can this be?

  3.  A man is wearing black such as black shoes, socks, trousers, lumper, gloves and balaclava. He is walking down a black street with all the street lamps off. A black car is coming towards him with its light off but somehow manages tostop in time. How did the driver see the man?

  4. Why is it better to have round manhole covers than square ones? This islogical rather than lateral, but it is a good puzzle that can be solved bylateral thinking techniques. It is suppoesedly used by a very well-known software company as an interview question for prospective employees.

  5.  A man went to a party and drank some of the punch. He then left early. Everyone else at the party who drank the punch subsequently died of poisoning. Why did the man not die?

  6. A man walks into a bar and asks the barman for a glass of water. The barman pulls out a gun and points it at the man. The man says ‘thank you’ and walks out. (this puzzle claims to be the best of the genre. It is simple in its statement. Absolutely baffling and yet with a completely satisfyig solution. Most people struggle very hard to solve this one yet they like the answer shen they hear it or have the satisfaction of figuring it out).



The solutions are:
  1.    The man is very very short and can only reach halfway up the elevator buttons. However if it is raining then he will have his umbrella with him and can press the higher buttons with it.
  2.  The surgeon was his mother.
  3.  It was day time.
  4.  A square manhole cover can be turned and dropped down the diagonal of the manhole. A round manhole cannot be dropped down the manhole. So far safety and practically, all manhole covers should be round.
  5. The poison in the punch came from the ice cubes. When the man drank the punch, the ice was fully frozen. Gradually it melted, poisoning the punch.
  6.  The man had hiccups. The barman recognized this from his speech and drew the gun in order to give him a shock. It worked and cured the hiccups, so the man no longer needed the water.

Struktur CMMI dan Capability Level CMMI


2.1.2 Struktur CMMI untuk Continuous Representation
Seperti yang tertulis sebelumnya, pada penelitian ini digunakan pendekatan continuous representation. Melalui pendekatan ini, peningkatan yang ditunjukkan suatu organisasi diukur dalam empat tingkatan yang disebut capability level. Semakin tinggi level yang dicapai maka semakin cakap suatu organisasi dalam area proses yang telah dipilih sebelumnya. Selama pemenuhan capability level, komponen area proses yang harus dipenuhi yaitu Generic Goals (GG) yang dijabarkan dalam Generic Practices (GP) (lihat gambar 2.1). Penjelasan definisinya sebagai berikut [15]:
a.              Generic Goals (GG), dikatakan generic karena tujuan yang dinyatakan dalam generic goals diimplementasikan untuk beberapa area proses sekaligus. Dalam continuous representation, generic goals ini  identik dengan pencapaian tiap level. Generic goals mendeskripsikan karakteristik proses yang harus ada untuk mengimplementasikan setiap area proses.
b.             Generic Practices (GP) mendefinisikan aktivitas yang dianggap penting selama pencapaian generic goals.
c.              Specific Goals (SG) mendeskripsikan karakter unik yang harus ada untuk memenuhi area proses yang ada. Specific goals didefinisikan khusus dan berbeda-beda untuk setiap area proses.
d.             Specific Practices (SP) mendefinisikan aktivitas-aktivitas yang diharapkan ada dalam usaha pemenuhan sasaran tujuan yang diuraikan dalam specific goals.
Gambar 1.2 Struktur pendekatan continuous representation [8]

2.1.3 Capability Level pada CMMI SW-Development versi 1.3
Saat implementasi teknisnya, Capability Level (CL) memiliki empat tingkatan sebagai indikasi tingkat pencapaian organisasi terhadap setiap generic goals dalam sebuah area proses tertentu. Berikut ini penjelasan singkat dari masing-masing level tersebut:
a.             Level 0: incomplete. Dikatakan incomplete karena adanya area proses yang tidak diimplementasikan atau hanya berjalan sebagian saja. Penyebab area proses tidak diimplementasikan atau berjalan sebagian yaitu generic goals tidak diimplementasikan atau hanya sebagian yang diimplementasikan organisasi. Melihat kondisi ini, bisa dikatakan semua pengembang software minimal telah berada di CL 0.  
b.             Level 1: performed. Pada level ini, organisasi telah mengimplementasikan area proses tertentu secara utuh meliputi specific goals dan specific practices. Ketika sebuah organisasi berada di level ini, akan membawa kemajuan implementasi beberapa SP di setiap area proses yang justru memberikannya landasan kuat untuk peningkatan ke CL 2  hingga CL 3. 
c.              Level 2: managed. Pada level ini, pengembangan software telah dikelola dengan baik dalam suatu manajemen. Hal ini ditunjukkan dengan adanya perencanaan di setiap prosesnya, adanya dokumentasi di setiap kegiatan, dan dilakukan pengawasan, kontrol dan evaluasi.
d.             Level 3: defined. Pada level ini, pelaksanaan area proses telah mencapai tingkat kecakapan dimana organisasi menggunakannya untuk implementasi lebih meluas. Setiap proses diatur dengan meilihat keterkaitannya dengan area proses lainnya [15].

Untuk mencapai ke capability level 3, suatu organisasi harus melalui level-level sebelumnya secara bertahap dan tidak dibolehkan dalam CMMI adanya lompatan-lompatan proses ke level tertinggi. Oleh karena itu bisa disimpulkan bahwa usaha peningkatan kualitas software di CMMI berdasarkan kepada peningkatan proses yang tercantum pada tiap levelnya. 
Setiap capability level yang ada pada CMMI mencantumkan banyak proses yang diketahui dengan adanya generic practices. Penjabaran generic practices setiap capability level dapat dilihat tabel 2.1.
Tabel 1.1 Penjabaran Generic Practices pada Setiap Capability Level CMMI [8]
Capability Level (CL)
Generic Goals (GG)
Generic Practices (GP)
CL 0
Tidak ada generic goals
Tidak ada generic practices
CL 1
GG 1 Achieve Specific Goals
GP 1.1 Perform Specific Practices






CL 2





GG 2 Institutionalize a Managed Process
GP 2.1 Establish an Organizational Policy
GP 2.2 Plan the Process
GP 2.3 Provide Resources
GP 2.4 Assign Responsibility
GP 2.5 Train People
GP 2.6 Control Work Products
GP 2.7 Identify and Involve Relevant Stakeholders
GP 2.8 Monitor and Control the Process
GP 2.9 Objectively Evaluate Adherence
GP 2.10 Review Status with Higher Level Management
CL 3
GG 3 Institutionalize a Defined Process
GP 3.1 Establish a Defined Process
GP 3.2 Collect Process Related Experiences

Berdasarkan tabel 2.1 dapat diamati bahwa untuk mencapai Capability Level (CL) 3, pengukuran setiap area proses CMMI harus diukur berdasarkan tiga generic goals. Oleh karena itu, area proses yang akan diukur pada penelitian ini harus melewati ketiga generic goals. Apabila salah satu dari ketiga generic goals tidak terpenuhi maka pengukuran akan dihentikan.   

2.1.4 Practices Implementation Indicator (PII)
Practices Implementation Indicator (PII) adalah sekumpulan bukti yang menunjukkan adanya pelaksanaan practices CMMI di sebuah organisasi. Penemuan bukti-bukti tersebut akan dikelompokkan menjadi tiga kategori yaitu [18]:
a.    Direct artifact adalah bukti yang menunjukkan adanya implementasi pada specific atau generic practices. Bukti ini dalam istilah CMMI dinamakan work product.
b.    Indirect artifact adalah bukti yang berisi deskripsi umum tentang pelaksanaan practices tetapi tidak menunjukkan informasi lengkap terhadap practices yang dijalankan seperti siapa pelaksananya, bagaimana pelaksanaannya.
c.    Affirmations adalah bukti berupa pernyataan secara lisan atau tertulis yang menunjukkan bahwa practices itu diimplementasikan.   

Dari hasil analisis diatas, maka dilanjutkan dengan pelabelan kategori implementasi setiap practices dapat dilihat tabel 1.2.
Tabel 1.2 Kategori Implementasi Practices [18]
Label
Penjelasan
Fully Implemented (FI)
Adanya direct artifact dan diimplementasikan secara tepat
Paling tidak ada satu indirect artifact atau pernyataan yang melengkapi direct artifact.
Tidak ada kekurangan yang berarti
Largely Implemented (LI)
Adanya direct artifact dan diimplementasikan secara tepat.
Paling tidak ada satu indirect artifact atau pernyataan yang melengkapi direct artifact.
Satu atau lebih kekurangan yang ditemukan
Partially Implemented (PI)
Tidak ada direct artifact atau bilapun ada tidak diimplementasikan dengan tepat
Adanya affiirmation atau bukti yang menyatakan proses tersebut dijalankan.
Satu atau lebih kekurangan telah didokumentasi
Not Implemented (NI)
Tidak mengimplementasikan semua bukti yang disebutkan



[8]     CMMI Product Team, 2010. CMMI for Development version 1.3. Pittsburgh: Carnegie Mellon University. 
[15]   Resmi Eviana, Shinta. 2008. Pengukuran dan Evaluasi Proses Rekayasa Software Menggunakan Standar Kualitas Capability Maturity Model Integration. Tugas Akhir di Institut Teknologi Telkom (IT Telkom). Bandung.
[18] SCAMPI, CMMI. 2008. CMMI Introduction. http://www.sqa.net/cmmi-scampi.html. Diakses tanggal 12 Februari 2012 pukul 06.00 WIB.