Pada tanggal 22 Mei 2010 diselenggarakan mata kuliah Studium General (SG) yang kali ini diisi perwakilan Greenpeace Indonesia dengan mengangkat judul “[r]evolusi Energi”. Pada seminar tersebut dipaparkan tentang kondisi energi yang terpakai manusia saat ini sudah mencapai tahap kritis karena pemakaiannya yang boros. Bahkan dari kondisi tersebut turut menyumbangkan penyebab merebaknya efek rumah kaca.
Indonesia yang jumlah penduduknya 220 juta jiwa saat ini sedang mengalami krisis energi contohnya energi listrik. PT. PLN yang notabenenya perusahaan negara yang bergerak mengelola energi listrik di Indonesia sudah beberapa tahun lalu mengkampanyekan penghematan energi listrik. Sudah terasa oleh saya yang tinggal di Bandung mengalami pemadaman listrik bergilir di sejumlah tempat. Peristiwa pemadaman listrik disinyalir untuk mengurangi beban penggunaan listrik di sejumlah daerah. Dari pengalaman saya, dampak yang terasa ketika pemadaman listrik diantaranya terjadi kemacetan di sejumlah ruas jalan yang dapat mengganggu ketertiban umum dan berkurangnya produktivitas kerja.
Menurut saya yang saat ini sedang menekuni ilmu teknologi dan informasi, lampu-lampu jalanan yang menyala di malam hari sudah saatnya tidak tergantung dengan pasokan listrik PLN melainkan menggunakan panel cahaya matahari. Diantara produknya yakni Solar LED Roadway Light SLR Series dari Opti Internasional atau Super CaLeCS Toki oleh Nippon Chemi-Con Corp, Stanley Electric Co Ltd dan Tamura Corps. Lampu-lampu yang mengandalkan panel surya tersebut kini sedang diminati pasar dengan peningkatan 30 % di tahun 2010 menurut Computex Weekly News. Hal ini tentu saja menjadi bahan pertimbangan bagi pemerintah untuk menggunakan teknologi panel surya pada lampu-lampu jalan.
Gambar bentuk fisik lampu Solar LED Roadway di siang hari
Gambar pemakaian lampu Solar LED Roadway di malam hari
Selain itu, sejumlah ilmuwan sedang giat melakukan upaya-upaya mengonversi sumber energi minyak ke sumber energi yang dapat diperbaharui. Hal ini dilakukan untuk mengurangi emisi gas yang dikeluarkan energi minyak yang masih menjadi prioritas bahan bakar kendaraan. Kita bisa rasakan betapa pengap dan kotornya udara di Jakarta akibat emisi gas yang berlebihan di kota tersebut.
Nah, salah satu pilihan sumber energi terbaik terutama bagi kita yang mendiami negara Indonesia yang dilewati garis khatulistiwa adalah penggunaan sinar surya. Sebagai calon engineer, saya melihat peluang di negeri kita yang mendapatkan curah sinar matahari yang berlimpah sudah seharusnya mengambil nikmat ini untuk memberikan manfaat bagi penduduk Indonesia. Pemerintah sebagai otoritas tertinggi di negeri ini perlu menganggarkan belanja negara untuk menyelenggarakan pengadaan pengembangan panel surya sebagai energi alternatif yang proyeknya ditangani peneliti-peneliti dalam negeri. Kabar penggunaan energi nuklir yang sedang dicanangkan pemerintah ternyata masih ada penolakan dari sejumlah kelompok masyarakat. Sejarah kebocoran reaktor Chernobyl tahun 1986 masih "menghantui" masyarakat Indonesia. Oleh karena itu perlu dicermati dari dampak penggunaan reaktor nuklir bagi lingkungan sekitar.
Dengan memanfaatkan teknologi dan produk ramah lingkungan dari sekarang, kita memiliki peluang untuk menyelamatkan bumi. Masihkah kita tidak peduli lingkungan? Membuang sampah sembarangan? Membiarkan lampu kamar dan AC selalu menyala? Dan membiarkan komputer gaming kita terus-menerus menyala seharian?? Bekas puing-puing bangunan reaktor di Chernobyl pasca ledakan.
Kondisi arena bermain sekitar reaktor Chernobyl pasca ledakan yang berubah menjadi tak berpenghuni.
Kondisi salah satu pelabuhan di River Port pasca ledakan reaktor Chernobyl
Info lengkap sejarah reaktor Chernobyl
http://wahw33d.blogspot.com/2010/06/dampak-fatal-tragedi-nuklir-chernobyl.html
0 komentar:
Posting Komentar